Perceraian
adalah sesuatu yang tidak dilarang bagi hukum yang berlaku di Indonesia.
Setidaknya untuk saat ini, siapa tahu kan nanti bisa berubah. Namanya juga
negara berkembang kan, siapa tahu hukum yang berlaku juga berkembang.
Beberapa
agama pun tidak melarang adanya perceraian. Islam misalnya, sebagai agama
mayoritas di Indonesia, Islam tidak melarang adanya perceraian. Walaupun
sebagai umat Islam kita tahu bahwa perceraian itu sesuatu yang sangat tidak
dianjurkan dalam agama.
Tapi
apa boleh buat jika kita terpaksa harus memutuskan untuk bercerai?
Itu
hak kita untuk menentukan jalan hidup kita sendiri.
Walaupun
kita juga harus tahu bahwa setiap tindakan akan ada resiko di baliknya.
Jika
dirasa semua opsi sudah dilakukan, dan perceraian adalah jalan terbaik, nih
kamu bisa mulai meminta cerai dengan cara yang sedikit lebih etis.
Marahlah!
Marah
dan kecewa itu wajar. Namun lampiaskanlah dengan tepat demi masa depan kamu
yang lebih baik.
Marahlah,
Tapi
jangan memutuskan sesuatu di saat marah.
Marahlah
untuk membuang amarah kamu. Buang sebanyak yang kamu bisa. Ajak teman atau
keluarga kamu untuk kamu ajak curhat. Keluarkan segala uneg-uneg. Tidak harus
mereka memberi solusi. Tapi cukup berada di dekatkmu di saat kamu sedang
berusaha menetralisir amarah dan kesedihan kamu.
Kalau
itu tidak cukup, pergi ke tempat sepi, bisa pantai, gunung, kamar kedap suara
dan sebagainya. Tujuanya untuk melampiaskan amarah kamu. Berteriaklah,
menangislah, lakukan semua untuk membuang emosi itu. Bahkan kalau itu tidak
cukup, pukul atau tendang sesuatu yang empuk.
Lampiaskanlah
sampai kamu lelah marah-marah. Ini adalah upaya “buang kotoran”. Tubuh kita
memerlukan mekanisme buang kotoran untuk tetap sehat. Bagitupula Psikologi
kita.
Tapi Jangan Terlalu Emosional
Tidak
dapat dipungkiri kalau sampai adanya kamu minta cerai itu pasti karena adanya
konflik. Dan konflik dalam rumah tangga pasti menguras emosi. Entah kamu
kecewa, tersakiti, atau bahkan tertipu.
Sebagai
contoh, teman saya ada yang merasa tertipu. Waktu dengan calon suaminya dulu
pacaran, calon suaminya ini tampak cukup mapan. Saat mereka jalan-jalan keluar
dia menjemput pakai mobil yang cukup bagus. Makan pun di tempat yang mahal dan semua
serba meyakinkan.
Satu
bulan setelah menikah barulah semuanya terbongkar. Ternyata suaminya ini tidak
punya pekerjaan tetap. Mobil yang dulu dipakai untuk jalan-jalan ternyata
adalah mobil rental. Uang yang dulu dipakai buat makan ternyata juga hasil
pinjaman.
Merasa
tertipu dan sakit hati ia merasa harus bercerai. Mumpung semuanya belum
terlambat. Mumpung masih belum punya momongan. Walaupun resikonya dia akan
menjadi janda di usia yang masih muda. Tapi daripada dia harus rugi banyak
karena harus menanggung laki-laki seperti itu, ia pikir cerai adalah jalan
keluar terbaik.
Nah,
apapun itu kalau kamu juga mengalami hal yang sama, atau mungkin lebih
menyakitkan. Sebaiknya usahakan kamu jangan terbawa emosi berlebihan. Apalagi
tindakan kamu dikendalikan oleh emosi kamu, udah pasti akan tambah runyam.
Pikirkan Strategi Minta Cerai
Setelah
emosi mereda, mari pikirkan cara agar perceraian dapat segera dilakukan dengan
mulus.
Mengapa
tadi saran utama adalah soal menahan emosi, hal itu karena emosi akan memancing
emosi. Kalau kamu marah-marah saat meminta cerai, bisa saja memancing hal
sebaliknya. Bukanya setuju untuk bercerai, bisa saja dia malah ingin membalas
dengan memberi kita hal sebaliknya.
Makanya
sering kita dengar juga kan soal suami yang mempersulit proses perceraian?
Maka
strategi yang dipikirkan dengan kepala dingin ini menjadi penting.
Minta
secara baik-baik bagus untuk dilakukan. Tapi ini terlalu naif. Bagaimana mungkin
kita minta baik-baik untuk hal yang tidak baik dan oleh karena sesuatu yang
tidak baik pula?
Maka
maksudnya di sini adalah, ajukan rencana cerai dengan persiapan matang. Pikirkan
argumenya, jalan hukumnya, pengacara kalau perlu, kemungkinan perebutan harta
gono gini, hak asuh anak, resiko apa yang harus dihadapi jika mempersulit
proses dan seterusnya.
Semakin
lengkap persiapan kita semakin lancar rencana kita.
Jadi,
sekalinya kita menghadap semua kendala dapat kita antisipasi, dan itu penting untuk
menundukan laki-laki. Sekali kita terlihat ragu-ragu dan lemah, laki-laki bisa
meremehkan kita.
Kesimpulan
Perceraian
itu mudah dilakukan.
Tapi
dampak dari perceraian itu akan cukup panjang dan lama. Karena pernikahan itu
bukan sekedar penyatuan dua orang saja, tapi ada penyatuan keluarga juga di
situ. Jadi kalau sampai ada perceraian, itu artinya juga akan ada konflik
keluarga yang menyertai.
Belum
lagi jika sudah memiliki anak. Akan ada urusan jangka panjang yang harus kita
selesaikan.
Mencegah
lebih baik daripada mengobati seperti halnya sedia payung sebelum hujan.
Berhati-hati
dalam menaruh kepercayaan dan memilih orang sebelum menikah adalah hal
bijaksana!
Comments