Ada seorang istri yang sangat setia pada
suaminya lalu kesetiaanya itu dikhianati. Sakit hatikah dia? Dendamkah dia? Marahkah dia? Tentu.
Lalu sebagai manusia
biasa, timbulah sisi lain dari dirinya yang akhirnya membuahkan niat
yang sebelumnya tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Dia ingin membalas
kekasihnya dengan selingkuh juga.
Dalam kegalauan yang luar
biasa itulah, pertarungan antara setan dan malaikat dalam dirinya itulah, yang membawanya
pada suatu acara tukar pendapat yang dipimpin oleh sorang bijak.
“Saya ingin tanya pak”
tanyanya sambil menahan tangis “Apakah semua laki-laki itu sama? Apakah mereka
tidak menyadari betapa sakitnya dikhianati? Apakah mereka tidak mempunyai hati
sehingga tidak mengerti sakitnya dikhianati?” tangisnya pun pecah.
“Saya selama ini begitu
setia kepada suami saya, tidak pernah sedikitpun saya menyia-nyiakan
kepercayaanya. Saya begitu mencintainya. Tapi mengapa dia tega mengkhiayanati
saya?”
Sambil terus berusaha
menguasai dirinya ia melanjutkan “Kalau memang
demikian, mengapa saya tidak selingkuh saja”
“Baik!” akhirnya orang bijak itu menjawab, “Pertama-tama saya
ucapkan selamat kepada Anda. Ya, selamat buat Anda! Mengapa demikian? Akan jelaskan nanti. Sebelumnya saya ingin
menanyakan beberapa pertanyaan kepada Anda, dimana Anda tidak harus menjawab
secara verbal, di batin saja. Siapa diantara kalian berdua yang paling dirugikan
akibat dari perselingkuhan suami Anda? Antara maling dengan yang kemalingan, siapakah
yang paling mendapat keuntungan? Apakah hidup itu seperti sepak bola dimana
yang kemasukan bola pasti yang kalah? Apakah begitu homogenya pikiran kita
selama ini sehingga menganggap kemenangan hanya dari satu sisi?”
“Anaku, aku
mengucapkan selamat kepadamu bukan selamat atas kekacauan percintaanmu. Tapi selamat
atas kemenanganmu. Aku akan lebih khawatir jika kamulah yang melakukan
perselingkuhan karena sesungguhnya kamulah orang yang paling rugi nantinya. Nilai
sebuah kepercayaan itu sangat mahal, lihatlah para pengusaha yang berusaha
mendapat kepercayaan para konsumenya. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan
biaya yang sangat mahal untuk sekedar beriklan di TV atau menyewa artis. Maka kalau
kamu melakukan perselingkuhan, kamulah yang paling rugi karena telah menyia-nyiakan
sesuatu yang sangat berharga. Kalau hatimu remuk saat ini itu wajar karena kamu
menganggap dirimu kalah. Tapi ketahuilah bahwa maling dengan yang kemalingan
itu sesungguhnya menang yang kemalingan kalau kamu membuka pikiranmu lebih
luas, dan berpikir dari sudut yang berbeda, tidak homogen. Maling berhasil mendapatkan uangmu, tapi kamu berhasil mendapatkan ilmu kewaspadaan. Lebih berharga mana uangmu dengan ilmu?”
“Hidup begitu luasnya
sehingga sangat konyol kamu menyamakannya dengan pertandingan sepak bola dimana
yang kemasukan bola pasti yang kalah”
“Maka aku ucapkan
selamat kepadamu karena dari sudut itulah aku melihatmu sebagai pemenang”
“Maka kalau kamu sudah
menang, akankah kamu menyia-nyiakanya?”
Comments