Gimana tidak sebel kalau kita
tahu suami yang kita idam-idamkan perhatianya untuk kita di rumah diganggu oleh
pelakor? Bukanya kita sudah cukup bersabar menghadapi tingkah kebanyakan lelaki
yang suka lirik sana, lirik sini? Eh! Malah ada yang mencoba mengganggu
perhatianya. Sebel kan?
Nah, jangan khawatir ladies. Kalau
kita berada di jalan yang benar, InsyaAllah akan ada perlindungan dari Tuhan.
Pertama kita harus tau dulu
pelakor ini sebenarnya apa sih? Yah, seperti yang kita tahu, pelakor sendiri adalah
singkatan dari perebut laki orang. Namun tentunya bukan sekedar itu. Terlebih
kita bisa menyebutnya spesies manusia dari jenis betina yang pendek akal dan
buta hati. Hehe, bercanda.
Tapi benar kan?
Tindakan pelakor ini sungguh
kejam. Dan barangsiapa melakukan kekejaman, berarti dia tidak
berperikemanusiaan. Lalu bisakah disebut manusia orang-orang yang tidak
berperikemanusiaan? Enggak kan? Maka cukup mendasar penulis menyebut mereka dengan
sebutan spesies.
Maka kalau kita sudah
mengetahui apa itu pelakor sebenarnya (yang ternyata bukan manusia), maka kita dapat
menyusun beberapa langkah antisipasi jika spesies ini sudah terlanjur menyerang
keluarga kita.
Seperti yang sudah disebutkan
tadi, oleh karena kita sedang menghadapi spesies yang pendek akal alias tidak
punya otak, maka jangan gunakan otak untuk menghadapi mereka. Maksud saya
begini, jika biasanya kita melihat seseorang sedang bertindak salah lalu kita
beri ia nasehat agar tidak berbuat salah, maka kita sedang menggunakan otak
kita untuk mengantisipasi kesalahan orang tersebut. Dan kalau kita memberikan
argumen-argumen yang tepat seperti surga dan neraka, hukum sebab akibat, pahala
dan dosa, dan lain sebagainya. Maka orang berakal akan mengolah argumen-argumen
tersebut dan menyadari kesalahanya.
Tapi tidak bagi pelakor. Nasehat
atau teguran yang kita berikan hanya akan seperti angin lalu. Menguap begitu
saja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Tidak akan berpengaruh sama
sekali. Maka percuma kita lakukan. Mending langsung kita labrak aja!
Labrak dengan manusiawi. Ingat!
Kita ini manusia, kalau kita melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, terus apa
bedanya kita dengan pelakor? Labraklah dengan anggun.
Tentu kita masih ingat
beberapa waktu lalu di medsos tersebar video seseorang melabrak pelakor dengan
merekamnya dan menyebarkanya di media sosial. Menurut saya cara itu sudah cukup
anggun kalau saja sang istri sah pandai mengatur emosi saat merekam. Apalagi ia
juga melempari uang kertas pelakor tersebut (atau diduga pelakor karena kita belum
tau pasti kejadianya) yang menurut saya adalah cukup cerdas. Itu adalah simbol
atau pesan yang cukup jelas bahwa harga diri pelakor itu sangat murah hingga
dapat ditukar dengan uang.
Hanya saja emosi dari perekam
yang meluap-luap sangat kontras dengan pelakor yang justru terlihat tenang dan
pasrah. Maka secara psikologi, orang yang menontonya akan lebih simpatik pada
pelakor yang terlihat pasrah dan tenang. Tentu saja kita dapat memaklumi emosi
dari istri sah tersebut, namun menurut saya, sampaknya akan lebih kena kalau
saja istri sah tersebut lebih dapat mengatur emosi dan kata-katanya.
Yang kedua adalah jangan pake
hati. Seperti yang saya sebutkan di atas, makhluk ini buta hati. Jadi tidak akan
berpengaruh jika kita pake hati. Lalu apa yang harus kita lakukan? TEGA!
Ya, kita harus tega terhadap
makhluk ini. Loh? Katanya harus manusiawi? Tega juga tindakan manusiawi untuk
hal-hal tertentu. Misalnya gini, kita harus tega melihat anak kita jatuh kalau
kita ingin dia bisa jalan. Maka kita juga harus tega melihat kelak makhluk ini
dibakar di neraka agar ia sadar akan kesalahanya. Atau, kita juga harus tega melihat
ia suatu saat akan mendapat karma dari tindakanya yang menyakiti hati orang. Karena
hukum karma pasti berlaku.
Yang terakhir begini, ini
sangat sulit dilakukan. Tapi kalau ladies sanggup melakukanya, ini menunjukan kalau
tingkatan ladies itu tingkatan bukan orang biasa.
Jadi gini,
Ada 3 cara yang sah di mata agama atau hukum
yang dapat dilakukan oleh manusia ketika ia disakiti.
Pertama, membalasnya.
Kedua, menyelesaikan secara
hukum.
Ketiga, ini yang paling
berat, ladies berhak membalasnya atau memprosesnya secara hukum, tapi ladies
memilih memaafkanya.
Semoga kita semua terhindar
dari tipu daya dunia J
Comments